Kemerdekaan Pendidikan Masyarakat Pesisir


 “Pendidikan bukanlah persiapan untuk hidup, pendidikan adalah kehidupan itu sendiri”
John Dewey

Negeri ini belum sepenuhnya merdeka? Itulah yang akan terlintas dipikiran kita, ketika kita menjumpai dusun Suka Mulya, desa Pusakajaya Utara, Cilebar, Karawang, Jawa Barat. Wilayah yang berjarak tidak terlalu jauh dari Ibu kota Jakarta ini dapat ditempuh dalam waktu 4 jam dari stasiun Kota. Karawang yang terkenal dengan sebutan lumbung padi Indonesia dan kota Industri ternyata tidaklah banyak berpengaruh terhadap kesejahteraan masyarakat dusun Suka Mulya.
Selintas jika kita melihat berhektar hektar tambak di dusun ini, pastilah terpikir betapa majunya perikanan masyarakat setempat. Namun jika kita perdalam, masyarakat sekitar pertambakan hanyalah sebagai penonton kesuksesan orang Asing (China, Taiwan dan Jakarta) yang memanfaatkan lahan dusun mereka sebagai pertambakan yang menguntungkan.
Berbagai masalah sosial mudah dijumpai dalam masyarakat dusun Suka Mulya ini, mulai dari yang paling kasat mata seperti kesadaran akan kebersihan dan kesehatan hingga yang samar terlihat seperti kesenjangan ekonomi masyarakat awam dengan elite desa. Kami mencoba menyoroti salah satu masalah sosial yaitu masalah pendidikan di dusun ini. Ternyata, kesadaean pendidikan masyarakat sekitar masih memprihatinkan. Masyarakat dusun ini yang rata-rata memiliki anak diatas 8 orang (berdasarkan penuturan warga setempat). Mereka seringkali mengesampingkan pendidikan anaknya, karena pendapatan mereka hanya cukup membiayai makan dan sandang sehari-hari. Anak laki-laki yang lulus SD/SMP akan segera bekerja sebagai nelayan. Anak perempuan rata-rata akan menjadi TKW (Tenaga Kerja Wanita) di luar negeri bahkan jika mereka sedang bernasib kurang beruntung, anak perempuan mereka akan terjaring bisnis prostitusi yang cukup terkenal juga di daerah ini.
Di desa Pusakajaya Utara hanya ada 3 Sekolah Dasar yang kondisinya cukup memprihatinkan. Sekolah Menegah Pertama dan Sekolah Menengah Atas hanya ada di kecamatan. Perjalanan dari dusun Suka Mulya menuju SD tersebut membutuhkan waktu lebih dari 2 jam perjalanan dengan menggunakan kaki. Tidak hanya jalan yang jauh namun juga harus melewati jalan yang rusak karena abrasi pantai yang berbatasan langsung dengan ombak yang mendebur-debur. Jalananpun sepi dari rumah-rumah hanya ada hamparan sawah yang setengah gagal panen karena mengering dan hamparan tambak yang luar biasa luasnya. Kami mencoba menempuh sendiri perjalanan itu, dan kami meyakini anak dusun Suka Mulya yang bersekolah di SD tersebut memiliki semangat yang luar biasa.
Sekolah Dasar di desa Pusakajaya Utara ini merupakan hasil program INPRES Soeharto ketika tahun 70-an, yang sampai sekarang masih minim perhatian dari pemerintah (berdasarkan penuturan pihak sekolah). Rata-rata sekolah hanya memiliki 6 ruang kelas, karena satu ruang dipakai untuk ruang guru maka anak kelas 1 dan kelas 2 harus belajar dengan bergantian ruangan. Pintu dan bangkupun banyak yang rusak dan bangunan gerbang yang sudah rusak parah. Kami juga tidak menjumpai tempat sampah, ruang UKS, tempat ibadah maupun ruang Perpustakaan. Toilet juga masih dipakai dengan keadaan memprihatinkan. Berbagai permasalahan dihadapi sekolah seperti sulitnya mendapat sarana dan prasarana pokok sekolah seperti papan tulis, penghapus dan kapur. Mereka harus membeli di kota yang berjarak cukup jauh dari SD.
Permasalahan beberapa murid yang keluar masuk sekolah karena mengikuti orang tuanya juga menjadi hal yang perlu perhatian. Menjadi seorang nelayan bagi mereka akan berpindah-pindah dimana ikan ada. Perpindahan mereka akan mempengaruhi tempat tinggal keluarganya dan tentunya sekolah anaknya. Akibatnya proses belajar anak disekolah menjadi terganggu. Kasus anak tidak mengikuti UN karena ikut ayahnya berlayar juga merupakan hal yang biasa terjadi. Pihak sekolahpun mengaku sedikit kewalahan jika menjumpai kasus anak yang mementingkan berlayar daripada mengikuti UN.

Permasalahan pendidikan ini harusnya menjadi PR bagi kita semua. Apalagi kita sebagai mahasiswa di kampus pendidikan, yang selama ini hanya dipusingkan dengan tugas kuliah dan kemacetan Jakarta. Itu bukan apa-apa dengan masalah sesungguhnya. Sudah saatnya kita lebih peka terhadap keadaan negeri ini. Berpikir untuk masalah sosial dalam masyarakat serta pemecahan dan realisasinya. Kasus dusun Suka Mulya, Pusakajaya Utara, Cilebar, Karawang hanyalah contoh kecil dari berbagai permasalahan terjajah di negeri sendiri.




Komentar

Postingan Populer