Pemuda: Garda Terdepan Pembangunan Bangsa


Dalam Undang Undang Republik Indonesia Tahun 2009 Tentang Kepemudaan, pasal 1 ayat 9 dijelaskan “Pengembangan kepeloporan pemuda adalah kegiatan mengembangkan potensi dalam merintis jalan, melakukan terobosan, menjawab tantangan, dan memberikan jalan keluar atas pelbagai masalah.” Hal ini menunjukan bahwa negara menetapkan pemuda sebagai garda terdepan pembangunan bangsa. Hal ini didukung oleh pekikan Soekarno yang terkenal  “Berikan padaku 1000 orang tua maka akan kugoncangkan gunung, berikan aku 10 pemuda maka akan kugoncangkan dunia.”
Sejarahpun telah membuktikan betapa dunia ini berevolusi karena peran pemuda. Dalam sejarah Islam kita mengenal Sultan Muhammad Al- Fatih, seorang pemuda penakluk Konstantinopel. Berbagai kisahnya telah dituliskan dalam beberapa buku dan film. Dalam sejarah Barat sebut saja Napoleon Bonaparte, seorang pemuda yang mampu menguasai hampir seluruh daratan Eropa. Di Indonesia sendiri, peran pemuda telah memiliki sejarah penting bagi bangsa.
Masa kebangkitan Nasional Indonesia yang dipelopori oleh sebuah organisasi yang disebut Boedi Otoemo, telah membakar semangat pemuda Indonesia untuk bersatu dalam wadah nasionalisme. Kemudian organisasi pemuda lainya seperti Sarekat Islam, Indische Partij, PNI, PKI, GAPI, dan lain-lain. Kemudian peristiwa penculikan Soekarno Hatta ke Rengasdengklok oleh pemuda agar segera memproklamasikan kemerdekaan Indonesia, juga merupakan bukti sebuah gerakan pemuda yang mengubah dunia. Contoh lain adalah peristiwa Mei 1998, ketika pemuda-pemuda Indonesia bersatu untuk menggulingkan rezim Orde Baru. Berbagai catatan sejarah telah membuktikan bahwa pemuda merupakan garda terdepan pembangunan bangsa.
Kebanyakan  pemuda Indonesia saat ini
Baru-baru ini, marak berita mengenai jual beli kunci jawaban Ujian Nasional SMA/SMK. Ini sebenarnya masalah klasik, mengenai karakter pemuda-pemudi yang mulai dipertanyakan. Wajah lain yang ditampilkan pemuda saat ini adalah masih banyak pemuda yang terkena kasus Narkoba, perkelahian, premanisme, balap liar, minum minuman keras dan berkeliaran dijalan tanpa tujuan yang jelas merupakan hal yang tak sulit kita temukan di Indonesia saat ini.
Menurut Dosen Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya (FIB) Universitas Indonesia, Prof. Dr. Agus Aris Munandar mengungkapkan, masalah terbesar pemuda saat ini adalah mengenai masa depan mereka. Jika dulu masalah pemuda adalah kurangnya persatuan. Maka, pemuda saat ini adalah kurangnya lapangan pekerjaan, yang membuat psikologis mereka terganggu sehingga mereka cenderung bersikap masa bodoh, termasuk terhadap nasionalisme dan pembangunan bangsa. (Okezone.com)
Lalu bagaimana dengan pelajar pemuda yang seharusnya sadar akan hal itu? Menurut Tan Malaka “idealisme merupakan kemewahan terakhir seorang pemuda.” Maka dari itu, banyak pemuda kita beridealis bahkan saling beradu idealism. Namun, banyak juga dari mereka yang berhenti sampai disitu saja. Kesadaran akan kebutuhan idealism dalam realitas masyarakat yang carut-marut, masih belum dipahami dan diamalkan. Alhasil idealism mereka sebatas bergema diantara tembok kampus. Sosialisasi antar kaum idealism dan masyarakat yang mulai mengendur, menjadi keprihatinan tersendiri. Masyarakat telah terlalu haus dengan keterlibatan pemuda dalam membangun bangsa.
Think Globally Act Locally
Diera globalisasi ini, kita dituntut berpikir mendunia. Tidak ada lagi batasan-batasan dalam berkarya dan bekerja, termasuk dalam pembangunan bangsa. Keadaan masyarakat dalam bidang ekonomi, politik, sosial dan budaya tentulah akan mempengaruhi kerja dan karya kita. Pemuda yang dianggap memiliki peran lebih dalam penguasaan ilmu pengetahuan dan teknologi dalam masyarakat, sudah seharusnya terjun dalam masyarakat. Berpikir kompleks untuk mengubah pembangunan bangsa dapat dilakukan dengan menyikapi pelbagai persoalan local dimasyarakat.
Sejalan dengan semangat desentralisasi, dengan pelimpahan kekuasaan dan wewenang yang lebih luas kepada pemerintah daerah, membuka kesempatan bagi setiap masyarakat mengisi pembangunan bangsa melalui pembangunan daerah. Pemuda sebagai elemen penting masyarakat dalam pembangunan daerah, sudah sepatutnya memaknai dan mewarnai setiap kebijakan pembangunan daerah. Disinilah pentingnya pemuda memposisikan diri dan mengambil peran-peran strategis dalam pembangunan daerah saat ini.
Dalam jejak rekamnya, pemuda sering kali dalam posisi sebagai pelopor pembaharuan, pelatuk perubahan sekaligus pengawal perubahan. Menterjemahkan peran-peran strategis yang memberi konstribusi bagi percepatan pembangunan daerah menjadi pilihan yang tidak boleh berlalu tanpa pemaknaan dari pemuda.
Sudah seharusnya, pemuda tidak lagi hanya dalam posisi berpangku tangan atau menunggu inisiasi dari pemerintah daerah untuk bersama-sama berperan mengisi pembangunan daerah. Menginisiasi dan mendorong konsep pembangunan daerah dalam era desentralisasi ini, sangat terbuka bagi pemuda. Pemuda yang mampu membaca tanda-tanda zamannya, seyogyanya telah berada pada pilihan penguatan kelembagaan lokal, guna mendorong kesadaran semua elemen masyarakat tuk terlibat aktif mendorong percepatan pembangunan daerah.
Akhirnya, pemuda harus menyadari bahwa, harapan dan cita-cita kemerdekaan akan kedaulatan sepenuhnya untuk rakyat. Berpikir mendunia di era desentralisasi ini, pembangunan bangsa ada dipundak para pemuda. Merekalah garda terdepan pembangunan bangsa.


Sri Untari/Sejarah/2014/Universitas Negeri Jakarta

Komentar

Postingan Populer