Goods Economics is Good Ecology sebagai Solusi Permasalahan Lingkungan
"Telah nampak
kerusakan di darat dan di laut disebabkan karena perbuatan tangan manusia,
supaya Allah merasakan kepada mereka sebahagian dari (akibat) perbuatan mereka,
agar mereka kembali (ke jalan yang benar).
Katakanlah: “Adakanlah perjalanan di muka bumi
dan perhatikanlah bagaimana kesudahan orang-orang yang terdahulu. kebanyakan
dari mereka itu adalah orang-orang yang mempersekutukan (Allah).”
(Q.S Ar Rum 41-42)
Masalah Lingkungan merupakan masalah
klasik yang tetap hangat diusungkan disetiap penjuru dunia, Sejak senator
Amerika, Gaylord Nelson memprakarsai
peringatan Hari Bumi. Sebagai mana diketahui, sejarah peringatan Hari Bumi (Earth Day) diselenggarakan pertama kali pada 22 April
1970 di Amerika Serikat. Gaylord Nelson mengambil prakarsa satu hari sebagai
hari ikhtisar penyelamatan bumi dari rupa-rupa kerusakan. Maka, tanggal 22
April resmi diperingati sebagai hari Bumi.
Tujuan
diprakarsai Hari Bumi merupakan upaya pengguggahan kepedulian manusia pada
lingkungan yang cenderung mulai rusak. Sejak saat itu, mulailah bermunculan
aktivis lingkungan dan berbagai buku lingkungan hidup. Kesadaran ingin
memperluas sosialisasipun semakin tinggi, tidak hanya melalui tulisan dan buku,
namun berbagai kampanyepun dilakukan masyarakat. Bahkan aturan mengenai
Lingkungan Hiduppun seolah tak mau kalah, dalam Undang-Undang Republik
Indonesia No 32 tahun 2009 telah diatur tentang Perlindungan dan Pengelolaan
Lingkungan Hidup.
Namun,
seolah botol ditengah gelombang, isu lingkungan hidup timbul dan tenggelam
ditengah berbagai isu global yang merajarela. Isu lingkungan hidup akan ramai
dibicarakan jika terdapat kasus mengenai lingkungan, seperti bencana alam dan
pencemaran yang merugikan kepentingan manusia. Karena masalah kepentingan
manusia merupakan hal yang paling menarik untuk diungkap, maka banyak penulis
lingkungan cenderung menjadi pendongeng sedih atas segala kenestapaan alam. Isu
yang mereka usung akan kalah dengan isu politik dan ekonomi yang membanjiri
media informasi.
Padahal
disisi lain, erosi bumi semakin naik disemua negara. Sugai-sungai semakin
dangkal, praktis menyebabkan banjir di musim penghujan dan kering di musim
kemarau. Air tanah semakin surut, hingga para pakar berpendapat air tawar
merupakan barang langka di akhir abad ke-21 nanti. Pendapat pakar ini menjadi
semakin nyata, ketika pada tahun 2015 lalu, PUSDIMA FIS mengadakan penelitian
di desa Pusaka Jaya, Karawang. Ketika masyarakat harus membeli air bersih
seharga Rp.
1000,- per dirigen untuk memenuhi kebutuhan air tawar mereka. Merekapun harus siap berpindah, karena sebagian tanah desa mereka telah menjadi santapan abrasi laut.
(dokumentasi
PUSDIMA: penelitian desa Pusaka Jaya, Karawang)
Gambar
ini diambli pada saat penelitian Pusdima FIS di desa Pusaka Jaya, Karawang pada
tahun 2015. Fenomena ini merupakan salah satu dari sekian banyak fenomena
abrasi yang melanda Indonesia. Tidak hanya fenomena kerusakan lingkungan,
pencemaran, penurunan kualitas lingkungan dan sumber daya alam juga tak kalah
memprihatinkan.
Jika
berbicara mengenai kepentingan manusia, kebanyakan dari mereka cenderung
memprioritaskan kepentingan instan. Padahal, kelestarian alam juga merupakan
kepentingan manusia. Berlomba-lomba menggunakan sumber daya alam dan energy,
agar meningkatkan status sosial dalam masyarakat adalah hal yang mudah kita
temui disekitar kita. Kesadaran yang telah tumbuh pada sebagian orang,
terkadang hanya sebatas kesadaran tanpa disertai perilaku menyadarkan khalayak
yang kurang sadar.
Goods Economics is Good Ecology
Persoalan
lingkungan hidup menjadi keresahan seluruh warga bumi. Namun, tidak ada
gunanya, saling menuduh dan mempersoalkan siapa yang bersalah. Lebih baik
menyalakan lilin daripada mengutuk kegelapan. Hal yang paling sederhana yang
dapat kita lakukan adalah membangun kesadaran lewat hal-hal sederhana di
sekitar kita. Mengefisienkan pemakaian modal, energy dan sumber daya alam.
Mengajak orang-orang sekitar kita untuk bersama-sama menjadikan isu lingkungan
sebagai fenomena yang penting. Mengubah mainseat masyarakat bahwa di dunia ini
tidak hanya ekonomi dan politik yang memiliki peranan penting dalam kehidupan.
Kita
mengenal istilah Goods Economics is Good Ecology yang diartikan sebagai
berekonomi yang baik adalah berekologi yang baik pula. Good Ecology tentunya
didukung oleh kesadaran lingkungan yang dibangun bersama. Goods Economics is
Good Ecology mampu menjadi slaah satu cara untuk mengatasi permasalahan
lingkungan. Orientasi kepentingan ekonomi dan politik diselaraskan dengan
kelestarian ecology.
Bukan
lagi urusan ekonomi yang mementingkan kepentingan manusia yang secara
egosentris mengorbankan ekologi. Kesadaran akan tanggung jawab manusia untuk
memelihara makhluk dan segala isi alam selaku khalifah di bumi, harusnya
menjadi perhatian bersama. Maka, dibutuhkan suatu perubahan wawasan, perluasan
pandangan dan pendalaman tanggung jawab manusia untuk hidup di muka bumi.
Perlulah kita berhenti sejenak dan merenungkan keadaan bumi, untuk kemudian
melangkah maju dalam pengembangan ekonomi untuk kesejahteraan generasi ke
generasi diatas kelestarian bumi.
Komentar
Posting Komentar